Senin, 18 Agustus 2025

Gawai Bukan untuk Menggantikan Peran Orang Tua

Penelitian pada 167 bayi usia 1-2 tahun di Bali menunjukkan bahwa diantara beberapa penyebab keterlambatan bicara, penggunaan gawai lebih dari 2 jam per hari merupakan penyebab dengan nilai paling tinggi (Putu Dianisa Rosari Dewi et al., 2023). Namun, fenomena yang banyak terlihat di tempat umum, justru banyak balita bahkan bayi terlalu asyik dengan gawai, misalnya saat di restoran atau duduk di kereta dorong. Bahkan sering anak-anak ini minim diajak mengobrol oleh orang tuanya. Bila penggunaan gawai tidak dikendalikan dan terus berlanjut di rumah, tentu semakin mengurangi bentuk stimulasi anak secara langsung seperti bermain dengan orang tua, saudara, caregiver, dan juga lingkungan sekitarnya. Penggunaan gawai yang menyebabkan minimnya interaksi dua arah tentu dapat menghambat perkembangan anak terutama pada anak usia dini.

Interaksi dengan Orang Tua

Orang tua menjadi faktor utama dalam perkembangan anak terutama pada anak usia dini. Interaksi dua arah anak dan orang tuanya dibutuhkan untuk membangun kedekatan emosional, mengenalkan anak dengan lingkungannya, dan mengoptimalkan perkembangan kognitif anak melalui stimulasi langsung. Qin et al. (2025) melakukan penelitian intervensi pada 198 siswa prasekolah bersama orang tuanya dengan melakukan perbandingan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Ada beberapa bentuk intervensi interaksi yang harus dikerjakan partisipan, seperti membacakan buku setiap hari, orang tua terlibat memilih mainan lalu bermain bersama, memberikan dukungan pada aktivitas harian, sampai pergi ke kebun binatang bersama. Hasilnya menunjukkan interaksi kuat anak dan orang tua dapat secara efektif meningkatkan kemampuan bahasa, keterampilan sosial, kecerdasan, dan perkembangan saraf pada siswa prasekolah. Oleh karena itu, pendekatan ini direkomendasikan untuk diimplementasikan secara luas pada setiap keluarga.

Lalu, bagaimana bila orang tua tidak memiliki banyak waktu untuk bermain dan melakukan stimulasi langsung pada anaknya? Tentu gawai dapat menjadi salah satu alat bantu stimulasi melalui lagu anak, games, film, dan konten edukasi lainnya yang saat ini semakin banyak tersebar di internet. Tinjauan sistematis yang dilakukan Clemente-Suárez et al. (2024) menunjukkan bahwa integrasi perangkat digital ke dalam kehidupan sehari-hari telah terjadi secara cepat dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan anak-anak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan perangkat ini sebagai alat belajar dalam pendidikan anak dapat meningkatkan keterampilan, kreativitas, dan kemampuan pemecahan masalah. Namun, hasil tinjauan ini juga memiliki kata kunci, yaitu penekanan atas keterlibatan orang tua dan kualitas interaksi orang tua dengan anak. Artinya, penggunaan gawai ini diperbolehkan asal hanya berupa alat bantu orang tua melakukan stimulasi pada anaknya. Saat anak menggunakan gawai, mereka tetap perlu didampingi orang tua sehingga penggunaan gawai dapat tepat sesuai tujuannya.

Gawai Sangat Menarik untuk Anak

            Vicky et al. (2023) meneliti siswa prasekolah usia 4-6 tahun yang sudah lancar dalam menggunakan gawai tentang penggunaan gawai untuk proses belajar. Hasilnya, penggunaan gawai dapat meningkatkan minat belajar pada anak usia dini dan dapat menjadi perangkat belajar secara efektif. Namun, penggunaan gawai sebagai alat belajar dapat memunculkan risiko lain. Tampilan pada gawai dengan warna-warni terang, berbagai macam suara lucu, juga games seru tentu sangatlah menarik untuk anak. Sehingga orang tua juga menghadapi risiko adiksi, yaitu keinginan anak untuk tidak mau berhenti memainkan gawai. Hal ini akan membatasi interaksi dua arah anak dengan manusia lain dan lingkungan sekitar.

Menurut penelitian Theopilus et al. (2024), anak kecil sangat rentan dengan ketergantungan internet dikarenakan belum memiliki pengendalian diri kuat, literasi digital terbatas, fungsi kognitif masih belum berkembang sempurna, dan pengaruh keluarga serta lingkungan. Oleh karena itu, American Academy of Pediatrics (2013, seperti dikutip pada penelitian Gamirova et al. 2021), merekomendasikan untuk meniadakan penggunaan perangkat seluler pada anak berusia 0-2 tahun dan membatasi penggunaannya satu jam per hari untuk anak berusia 3-5 tahun. Stimulasi pada anak usia dini sebaiknya difokuskan pada kegiatan komunikasi langsung yang berbasis objek dan aktivitas. Perkembangan bicara anak akan ditentukan oleh interaksi anak dengan orang dewasa, yaitu tindakan yang berorientasi objek, pemahaman tentang tujuan objek, serta komunikasi verbal. (Gamirova et al., 2021)

Jadi, Apakah Masih Perlu Menggunakan Gawai untuk Anak Usia Dini?

Gawai saat digunakan oleh anak usia dini ternyata masih kuat hubungannya dengan hambatan perkembangan anak. Banyak jenis stimulasi anak usia dini yang dapat dipilih yang bersifat interaksi dua arah seperti bermain, membaca buku, aktivitas fisik, dan kegiatan motorik halus. Sebisa mungkin pengenalan gawai dilakukan pada anak dengan usia lebih tua.

Namun, orang tua juga tidak dapat menutup mata atas perkembangan teknologi di dunia digital saat ini. Begitu juga dengan anak yang melihat banyak orang memiliki gawai. Sehingga untuk orang tua yang memilih menggunakan gawai pada anaknya harus menyadari bahwa gawai digunakan bukan untuk menggantikan peran orang tua. Orang tua harus tetap melakukan pendampingan setiap kali anak mengakses gawainya, menggunakan gawai sebagai alat belajar dengan konten edukasi yang sesuai, dan disiplin membatasi waktu penggunaan gawai dengan mengikuti saran dari para ahli sehingga penggunaan gawai tepat sesuai tujuannya.

Daftar Pustaka

Clemente-Suárez, V. J., Beltrán-Velasco, A. I., Herrero-Roldán, S., Rodriguez-Besteiro, S., Martínez-Guardado, I., Martín-Rodríguez, A., & Tornero-Aguilera, J. F. (2024). Digital Device Usage and Childhood Cognitive Development: Exploring Effects on Cognitive Abilities. Children, 11(11), 1299. https://doi.org/10.3390/children11111299

Gamirova, R. G., Gorobets, E. A., Skhirtladze, A. V., Prusakov, V. F., & Volgina, S. Ya. (2021). Features of cognitive development in children of early and preschool age using gadgets. Rossiyskiy Vestnik Perinatologii i Pediatrii (Russian Bulletin of Perinatology and Pediatrics), 66(5), 163–167. https://doi.org/10.21508/1027-4065-2021-66-5-163-167

Putu Dianisa Rosari Dewi, Soetjiningsih, Ida Bagus Subanada, I Made Gede Dwi Lingga Utama, I Wayan Dharma Artana, I Made Arimbawa, & Ni Nyoman Metriani Nesa. (2023). The relationship between screen time and speech delay in 1-2-year-old children. GSC Advanced Research and Reviews, 14(2), 001–006. https://doi.org/10.30574/gscarr.2023.14.2.0039

Qin, Y., Yu, Q., & Qiu, T. (2025). A Longitudinal Study on the Influence of Parental Interaction on Preschool Children’s Cognitive Development: A Retrospective Analysis. Clinical Pediatrics, 64(8), 1144–1151. https://doi.org/10.1177/00099228251322607

Theopilus, Y., Al Mahmud, A., Davis, H., & Octavia, J. R. (2024). Digital Interventions for Combating Internet Addiction in Young Children: Qualitative Study of Parent and Therapist Perspectives. JMIR Pediatrics and Parenting, 7, e55364. https://doi.org/10.2196/55364

Vicky, D., Adrianna, H., & Phan, B. (2023). Use of Gadgets by Early Childhood in the Digital Age to Increase Learning Interest. Scientechno: Journal of Science and Technology, 2(1), 17–34. https://doi.org/10.55849/scientechno.v2i1.58


Note: Tulisan dibuat untuk tugas mata kuliah Esai Argumentatif pada kuliah matrikulasi S2 Psikologi Universitas Indonesia Agustus 2025.