Tidak ada sekolah yang sempurna, sama seperti tidak ada orangtua yang sempurna.
Pengalamanku bersama total 1 TK dan 3 SD membuatku belajar, bahwa
di setiap sekolah pasti akan ada tim orangtua pro dan kontra. Tim orangtua pro
biasanya sangat cocok dengan program sekolah, mengikuti banyak kegiatannya,
bila ingin memberikan masukan kepada sekolah maka akan melalui jalur yang benar
dan dalam suasana yang positif. Sebaliknya tim orangtua kontra, biasanya sangat
vocal terhadap banyaaak kebijakan sekolah, tentang kurikulum, biaya, dan banyak
hal lainnya, dan saat menyampaikan kadang menggunakan cara yang lebih tegas
atau kadang membuat suasana kurang menyenangkan bagi sekolah dan orangtua.
Lalu kenapa aku sampai pernah menyekolahkan anakku di 3 SD?
Apakah berarti aku tim orangtua kontra yang tidak puas dan akhirnya memindahkan
anakku?
Bisa iya, bisa tidak 😊
Gini lho. Saat aku memilih sekolah anakku, tentunya belum
kebayang nantinya akan memindahkan dia. Jadi yang bisa aku lakukan adalah
menjadi orangtua yang seobjektif mungkin terhadap sekolah anakku. Aku berusaha
untuk seaktif mungkin dan sangat mau terlibat dengan kegiatan-kegiatan sekolah.
Tapi bila ada sesuatu yang menurutku kurang tepat, sebisa mungkin akan kusampaikan.
Menurutku, walaupun yang bersekolah adalah anak, orangtua pun juga ikut belajar
dan bersekolah, terutama untuk usia TK dan SD.
1 TK dan 3 SD. Apakah hanya survey ke 4 sekolah itu? Oo tentu tidak! Hehehe. Bila ditotal dengan sekolah yang kusurvei, total sepertinya aku pedekate bisa sampai 10 sekolah. Saat melakukan survey sekolah pun, aku sebisa mungkin mencari pandangan dari tim orangtua pro dan kontra. Ada yang berapi-api bilang sekolahnya jelek, jangan mau sekolah disitu karena bla bla bla. Di sisi lain, ada yang berapi-api memuji sekolah itu.
Lalu bagaimana akhirnya menentukan pillihan?
1. Diskusi bersama pasangan, pendidikan seperti
apa yang kita mau untuk anak. Ini prosesnya panjang kali lebar karena harus
menyamakan prinsip-prinsip dari dua jenis pengasuhan yang mostly berbeda karena
beda keluarga. Dan di saat yang sama, kami pun harus mengenali benar-benar
kondisi anak.
2. Browsing. Internet dan tanya sana sini. Catat
alternatif sekolah dan detail yang masuk ke kriteria kami. Detail ini tuh hal2
kayak bahasa, uang pangkal, SPP, fasilitas sekolah, jam masuk&pulang, dll.
3. Sebisa mungkin, datangi langsung dan survei ke
sekolahnya. Ngobrol sama guru dan karyawan, ikuti open housenya, feel the
experience of the school.
4. Sort list opsi sekolah. Bersama pasangan
berdasarkan pertimbangan nomor 1 dan hasil survei.
5. Saat sudah menentukan menjadi 2-3 opsi, libatkan
sang anak. Ceritakan tentang sekolahnya, kemungkinan tes masuknya, juga ajak ke
sekolahnya. Sebaiknya jangan ajak anak untuk survei ke banyak sekolah.
6. Doa 😊
Mengenali kondisi anak. Ini sesuatu yang juga menantang. Masalahnya saat menjelang usia SD sekitar 5-6 tahun, pada umumnya anak belum terlalu kelihatan potensinya dan kita harus mencari sekolah yang akan mendampingi kita mengasuh anak selama 6 tahun ke depan. Wow, ini hal berat lho. 6 tahun usia emas anak akan berada di 1 lingkungan, ini semacam pertaruhan hidup mati buatku sih, hahaha lebay ya. Tapi beneran deh.
Yes, sekolah mendampingi orangtua, jangan terbalik.
Jangan sampai anak sudah di kelas 4, lalu orangtua baru teriak-teriak kok
anaknya gak bisa apa-apa, kok anaknya begini, kok begitu. Apakah orangtua sudah
introspeksi bagaimana si anak dari kelas 1-4? Apakah orangtua benar-benar
mendampingi anaknya atau hanya menyerahkan ke sekolah dengan pemikiran “ah
sekolah mahal pasti semua beres”.
Jadi buat orangtua yang sedang mempertimbangkan mencari
sekolah untuk anaknya, semoga mengingat bahwa anak dititipkan ke kita. Anak
akan menjadi seorang pemimpin di masa depan. Dan saat ini adalah usia emasnya.
Jangan sampai anak-anak menjadi korban ambisi kita,
ketidakpedulian kita. Cari tau sebanyak mungkin, filter sebanyak mungkin.
Jangan takut memilih sekolah yang sesuai kata hati kita namun tidak sesuai
dengan masukan-masukan dari orang di sekitar kita. At the end, kita yang akan
berinteraksi dengan anak kita sepanjang hayatnya kan 😉